"iya" aku kaget mendengar sapanya.
"permisi ya kak" Tiba-tiba dia duduk disampingku.
Kedatanyannya mengusik ketenanganku yang dari tadi merenung dipinggir kaca. Perasaanku pun menjadi badmood seketika. "Ah akhirnya berangkat juga bis ini" bisik kecilku dalam hati yang tiba-tiba membuat senyum kecilku pun terpancar.
"Orang mana kak?" Sapanya kembali sambil mematapku.
"Malang" Jawabku dengan sinis.
"Malang indah ya, ingin rasanya liburan kesana lagi, kotanya indah, sejuk, bikin nyaman kalau tinggal disana" Sesekali pandangannya manatap ke langit-langit. Entah apa dia benar-benar mambayangkannya atau cuma sekedar mengalihkan pandangannya. Yang pasti aku cuek saja dan hanya aku balas dengan senyuman.
"Oia, aku galih" Selang beberapa saat dia memperkenalkan namanya seketika tangan kami bersalaman.
"Dinda"
"Mau ke jogja juga din?"
"Gak, aku ke semarang"
Yah daripada makin badmood dibuatnya, apasalahnya ku tanggapi saja pembicaraan ini. Kalo dipikir-pikir biar gak boring juga diperjalanan malam ini, sesekali aku dan dia bercanda-canda. Seru juga sih lama-lama ngobrol sama dia. Dalam perjalanan kami saling cerita tentang kota masing-masing, hobi, dan tentang pendidikan yang sedang kami tempuh.
Ditengah perjalanan, kami berhenti disebuah rumah makan. Ini merupakan salah satu pelayanan bis malam, yaitu dapat makan. Tapi aku enggan untuk keluar bis itu karena hujan, walaupun sudah disiapkan payung oleh pihak bis.
"Lari yuk din, keburu laper nih. Kamu gak laper din?" Seketika itu juga dia menarik tanganku dan menyeretku ke pintu bis.
"Bentar lih, nunggu payung datang aja baru aku nyusul"
"Udah tenang aja, aku jamin kamu gak bakal kehujanan din"
Sampai didepan pintu bis, tiba-tiba dia merangkulku dari belakang sambil mememgangi jaket yang dia genggam diatas kepala sebagai pengganti payung. "Ayok lari din" Ajaknya seketika kami lari menerobos derasnya hujan.
Sambil menunggu hidangan datang, kupandangi sekeliling tempat itu. Lumayan besar juga sih rumah makan ini, ya walaupun tidak mewah tapi nuansanya romantis. Banyak cahaya lilin dan bunga-bunga segar yang menerangi santap malam ku. Tak ada kata-kata yang terucap antara aku dan dia waktu itu. Beberapa kali dia memandangiku, menggodaku, dan menyuapiku.
Selesai makan kami kembali ke dalam bis dan melanjutkan perjalanan. Setelah kejadian tadi, aku dan galih pun semakin akrab. Dalam perjalanan kami kembali saling bercerita, tapi entah kenapa dia sedikit lebih terbuka. Dia bercerita tentang pengalamannya, kehidupannya, dan tentang keindahan yang selama ini aku anggap sebagai hal-hal yang sepele. Kesunyian yang ada di bis dan ceritanya yang menyentuh membuatku terbawa suasana. Keindahan dalam mengungkapkan isi hatinya dan responnya ketika itu membuat hatiku nyaman berada disisinya.
Semakin lama hati ini semakin tenang dan nyaman. Aku tak sadar lagi apakah ini yang dinamakan cinta sesaat ataukah hanya sekedar perasaan yang disebabkan ketenangan hati. Yang kurasakan saat itu hanyalah keindahan, kesenangan, sampai aku tertidur pulas dibahunya. Entah berapa lama aku tertidur sampai suara adzan subuh membangunanku.
Aku sadar dia tak ada lagi disisiku. Ya mungkin saja dia telah turun di terminal sebelumnya, karna bis ini telah memasuki kota semarang. Masih terbayang jelas kehadirannya walau cuma sekejap menemaniku. Entah perasaan ini yang terlalu cepat untuk mengharapkannya ataukah hanya sekedar mimpi, yang pasti aku tersenyum sedih membaca surat yang ia genggamkan pada jemariku.
"Semoga kita bertemu lagi dilain waktu."
~GALIH~
Pertemuan yang singkat namun membekas dihati. -ta-
Pertemuan yang singkat namun membekas dihati. -ta-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar