Senin, 29 September 2014

Motivasi









Pagi ini sepulang dari puncak, ku melihat anak kecil dengan semangatnya pergi kepasar untuk mencari nafkah. Secara fisik, Ia Tak memiliki tubuh yang sempurna, namun dengan semangat yang membara Ia mampu bekerja dan bahkan bisa dibilang anak itu lebih rajin dari pekerja lainnya yang Tak mengalami kekurangan fisik. 

Sempat ku ngobrol dengan si anak cacat itu. Sedikit berbagi pengalaman dengan anak tersebut. Dan baru kupahami arti kehidupan yang berbeda darinya. Kehidupan bukanlah untuk sebuah impian, bukan untuk dijalani, bukan untuk disesalkan, bukan juga untuk sebuah keluhan, apalagi untuk senang-senang. Hidup bukan tentang memberi dan menerima, bukan soal baik dan benar, bukan pula untuk menjadi pribadi yang menarik. Tapi hidup adalah untuk bersukur. Bersukur dari hal-hal kecil, bersyukur tentang apa yang kita dapat, bersukur tentang apa yang kita raih, dan bersukur tentang semua yang bisa kita lakukan. Dan dari situ aku teringat akan hal kecil yang benar-benar sudah terlupakan. Aku bersyukur masi diberi kesempatan oleh Tuhan untuk bernafas di pagi hari ini. 

Kamis, 25 September 2014

Terima kasih ...

Perjalananku terasa begitu cepat, kini ku tiba di kotamu. Ku berjalan selangkah demi selangkah sembari melihat sosokmu yang menunggu di ujung terminal itu. Teringat jelas kau memakai kaos warna ungu, duduk diatas matic yang kau parkir dipinggir jalan.  Hilang sudah lelah yang kurasakan setelah 3 jam lebih ku berdiri berdesakan didalam bus. 


Kita pergi menyusuri kota tanpa tujuan. Menuju sebuah taman kota yang begitu ramainya. Hobi kita yang sama membuat perjalanan ini terasa singkat. Berjalan kaki menyusuri batuan yang berdiri kokoh menggantikan lantai taman tanpa lelah.


Matahari yang berangsur-angsur tenggelam membuat kita pergi ke tempat selanjutnya. Kita sama-sama Tak punya tujuan entah kemana. Sampai akhirnya matic yang kita kendarai berhenti di masjid Agung kota tersebut. Alun-alun kota dengan segala aktivitas malamnya berada tepat di depan masjid tersebut. Menyuguhkan panorama lampu-lampu yang germelap dimakan hari. 

Selesai solat 3 rokaat kau mengajak ku untuk pergi ke mall kota itu dengan tujuan untuk refresing ke timezone. Berjalan berdua menghampiri kasir, membuat kartu member baru. Entah apa yang terjadi, kau langsung saja memainkan permainan kesayangan mu, pump. Kau berdansa diatas lantai pump dengan lv tinggi yang mungkin Tak bisa aku mengerti. secara tiba-tiba kau menjadi sorotan publik, entah Karena kau begitu hebat dalam memainkannya atau karna memang jarang sekali orang yang bermain pump ditempat itu.  Dan aku? Aku hanya bermain bola basket yang biasa dimainkan semua orang yang bersinggah ke timezone. 

Singkat cerita, setelah bermain di timezone, kita menghabiskan waktu di restoran kecil dalam mall tersebut. Memesan jus buah dan makanan ringan untuk menggantikan tenaga kita yang telah habis. Kita saling mengenal dan cerita tentang pribadi kita masing-masing. Membicarakan kegiatan mu selama sebulan di kota itu. Membicarakan agenda-agenda yang Wajib kau tempuh untuk menjadi seorang doktor muda. Menjalankan tugas profesi yang Wajib ditempuh setiap mahasiswa kedokteran, setiap 2 bulan atau 3 bulan kau pindah rumah sakit. Begitu banyak hal yang kita bicarakan, sampai hampir pukul 10 malam kita keluar dari mall itu. 

Sebelum melanjutkan perjalanan pulang ke kotaku, dimana kau sedang menempuh pendidikan di kota yang sama denganku dan ingin pulang ke kost. Aku sedikit merasakan sakit, entah itu mungkin gejala alergi yang sering kambuh pada diriku. Kau terlihat begitu khawatir, rasa cemas yang terlihat di antara kerudung itu membuatku cepat-cepat meyakinkan nya bahwa aku Tak apapa. 


3 jam telah kita lalui dalam perjalanan. Hawa dingin yang terasa di sepanjang jalan seakan mencair oleh kehangatan candaan kita. Kini kita telah sampai pada kota yang kita tuju. Rasa lapar dan lelah pun menghampiri kita, sempat kita bersinggah di angkringan untuk membeli minuman hangat. Dan kau mengajakku ke cafe yang siap melayani pengunjungnya 24 jam Tanpa henti. Cafe yang terletak di dataran tinggi, bertetangga dengan kota kita. Dengan konsep cafe yang sangat berbeda dengan kebanyakan cafe-cafe yang ada. Berlantai 3 dengan biasa dinding berlukiskan pewayangan dan kata bijak berukirkan aksarajawa. 

Tanpa sadar jam menunjukkan angka 4.30. Dari obrolan-obrolan yang kita buat, ada suatu keinginan diantara kita untuk jalan-jalan mengelilingi kota kecil itu di pagi hari.  kita berjalan-jalan lagi dengan matic kesayanganmu itu, mengelilingi kota kecil yang sepi sunyi berirama suara ayam berkekok. Dan sampai pada akhirnya tujuan akhir kita yakni masjid besar depan alun-alun kota kita berpulang untuk melaksanakan kewajiban 2 rokaat pagi itu. 

Waktu menunjukkan pukul 6 pagi. Ku antar kau pulang ke kost dimana 300M Tak jauh dari situ tempatmu menuntut ilmu. Dan ku pun pulang dengan supir biru ku (baca angkot). Dengan membawa sejuta kenangan indah yang Tak pernah terpikir akan seindah itu.  Dengan segala pengalaman yang pertama kurasakan. 13 jam lebih Tak terasa ku habiskan waktu bersamamu. 


"Terima kasih telah memberikan kenangan yang Tak terlupakan. Semoga kelak kau menjadi doktor muda sesuai cita-citamu dan berjasa buat orang-orang yang membutuhkan."

-adigta-

Minggu, 21 September 2014

Penyesalan itu ISTIMEWA

Terakhir ketemu kau terlihat begitu bahagia. Senyum lebarmu, tawa khas mu, senyuman indahmu. Masi teringat jelas tatapan matamu yang terpancar penuh makna yang dalam. Kini kau telah tumbuh dewasa, hari-harimu menjadi penuh warna. Ditambah lagi  lingkungan sekitar yang sangat mendukungmu. 

Peri kecilku kini telah terbang bebas, menggapai angan-angan di ufuk semu. Menghirup udara  yang dapat membakar semangatnya.  Kini ia telah tumbuh dan berkembang dengan pesat. Mengisi kehidupannya dengan apa yang ia inginkan. 

Kasih, aku merindukanmu. Entah apa yang kulakukan, yang membuat semua nya berakhir secepat itu. Aku Tak bisa berfikir, aku Tak bisa mencerna semuanya, 
Detik demi detik yang ku jalani, hanyalah penyesalan yang menemaniku. Keinginan tuk kembali ke masa itu, ke dunia dimana tangan kita saling menggenggam. Hati kita saling berinteraksi, kata demi kata hanyalah menjadi penghibur. 

Sangat munafik bagiku jika aku menyatakan aku sangat tegar tanpa mu. Dan terlihat ambigu bila aku berkata "sampe kapanpun hatiku ini selalu terbuka untukmu, sekalipun kau hanya singgah untuk melampiaskan amarahmu lalu pergi begitu saja" yang sejatinya aku Tak pernah benar-benar tau apa isi hatiku ini. Kini ku tau makna dari semua itu, sebuah cinta yang sangat mendalam yang kurasakan setelah kepergianmu. 

Aku rindu tahun pertama kita saling menyatukan jemari-jemari lembut yang Tak pernah tersentuh oleh ke egois an. Keluguan dalam kasih sayang yang kita bangun bersama membuat dinding-dinding kepercayaan mulai berdiri kokoh. 

Aku Tak tau dan Tak sadar apa yang telah terjadi setelahnya. Tentang ke egois an yang muncul, perasangka negatif, kecemburuan, ingin menguasai, serta keinginan untuk memiliki sepenuhnya. Apa yang kulakukan layaknya seperti badut. Aku bersembunyi dalam wajah yang make up nya bisa aku rubah sesuai ekspresi yang aku inginkan. 

Seringkali aku bersembunyi dalam kepribadian yang sebenarnya Tak aku sukai. Berpura-pura  menjadi beku bila bertemu, berpura-pura acuh atas semua yang terjadi. Padahal di belakang itu semua, seringkali perasan sedih, kecewa, marah, dan yang lebih ekstrim aku benci sama diriku sendiri. Aku benci tidak bisa menunjukkan siapa diriku yang selalu menggenggam mu tanpa keraguan. Sampai akhirnya takdir memisahkan kita. 

Aku hanya bisa terdiam melihat kau pergi. Aku hanya bisa pasrah membiarkanmu berlari bebas. 15 menit terakhir bersamamu membuatku sadar atas semuanya. Ingin ku memperbaiki semuanya, tapi apa daya semua sudah berubah. Inikah yang dinamakan cinta sejati, membiarkan orang yang kita sayang pergi untuk Ia meraih kebahagiaan nya sendiri. Merelakan apa yang telah kita miliki menghilang begitu saja. Mengorbankan seluruh hati kita untuk menjadi rumah selamanya jika Ia kembali ke kita? Entah lah. Mungkin bagiku Tak ada kesempatan kedua dan aku Tak percaya itu ada. mungkin ini adalah jalan Tuhan. Karena aku sadar, kita pasti akan dipertemukan sama orang yang sepesial namun Tak dapat kita miliki. Dan hanya bersinggah begitu saja untuk memgajari kita arti sesungguhnya cinta, yang mungkin berakhir dengan kenangan yang Tak bisa dihapuskan.  Tapi jika kesempatan ke2 itu benar-benar ada, aku Tak akan pernah dan Tak akan menyianyia kan kesempatan itu. Walau taruhannya adalah nyawaku sendiri. 

-Adigta-

Sabtu, 20 September 2014

Cinta itu .....

Satu kata seribu bahasa. Satu ucapan sejuta persepsi. Bayak hal yang terjadi dan tersirat di dalam nya. 
Mungkin disini hanya beberapa saja yang aku ungkapkan. 
Sebut saja cinta itu dengan nama "ia". 
ia hadir pada waktu yang Tak bisa Ku tebak. 
ia tinggal di hatiku tanpa permisi. Menyatu kedalam lubuk jiwa yang terdalam. 
Aku Tak pernah sadar dikendalikan oleh nya. Tak pernah mengeluh sekalipun ia mempermainkanku. 
ia mengajarkanku merasakan bahagia, sedih, suka, maupun duka. Dan ia seringkali membuatku Tak pernah berfikir secara logika. 
Aku bahagia pernah mengenalnya, pernah mengisi hari-hariku, memberi warna yang jauh lebih indah dari pelangi. 
ia mengajariku Arti kehidupan, arti kedewasaan, arti kepercayaan, arti kekecewaan, dan yang lebih penting ia mengajariku makna dari kasih sayang. Namun Tak sering  pula ia membuatku menjadi seperti anak kecil, membuatku Tak bisa berfikir, membuat hatiku tak berbentuk, membuat ku emosi. 
Itu hanya sedikit hal yang dapat Aku deskripsikan tentang "ia". 
Namun apapun yang akan terjadi padanya, ia tetap yang terindah yang telah mengisi hari-hariku. Beribu terima kasih yang aku ucapkan, tak sebanding dengan apa yang pernah ia ajarkan kepadaku. Dalam diam ku sering memikirkannya, dalam hening ku sering merindukanya, sekalipun aku Tak pernah mengungkapkan nya. 
Aku terlalu takut mengakui bahwa ia telah menjelma dan menyatu didalam jiwaku yang mungkin seumur hidupku, aku Tak akan bisa dan Tak akan pernah mau "ia" pergi dari hatiku. 

Karena cinta itu....... -ADIGTADELIZTA-

Minggu, 30 Desember 2012

Apa arti semua ini bagimu

Aku mengenalmu sejak lama, bahkan telah sangat amat lama. Dan mungkin aku ingin mengenalmu selamanya. Mengenalmu membuatku mengenal hal lain juga. Aku mengenal cinta, kasih sayang dan rasa rindu. Biar ku jelaskan persatu dari semua rasa itu.


Cinta. Sebagian orang mendeskripsikan itu sebagai sesuatu yang indah. Tapi saat aku mengenalmu, aku mendapat makna cinta yang lucu. Kita sering bercanda, kita saling menjelekkan, dan pada akhirnya kita tertawa bersama. Kalau orang-orang mengatakan cinta itu muncul karena seringnya bersama dan saling memberi perhatian, tapi aku mengatakan cinta itu muncul karena seringnya kamu meledekku, mengusiliku. Cinta ku tumbuh karena kita selalu tertawa. Tak pernah ada bentuk perhatian. Atau apa harus ku sebutkan bahwa saat kamu menyukuri aku terbentur tembok sebagai perhatian ? Ku rasa dapat ku artikan pula menertawakanmu saat kamu tertelan duri juga sebuah perhatian. Cinta yang tumbuh di hatiku bukan biasa. Walau takdir mengharuskan kamu tak perlu mencintaiku.

Setiap hari aku tak pernah tak merindukanmu. Sungguh. Bukankah aku tak pernah berbohong ? Lalu kenapa kamu ragu ?

Tapi,,, ada satu rasa yang kemudian timbul. Sakit. Seorang teman mengatakan padaku bahwa semakin banyak yang kita tahu maka semakin banyak pula kita tak ingin kehilangan orang itu. Dan aku katakan bahwa aku tak ingin kehilangan kamu. Aku mencintamu, sangat mencintamu. Walau takdir mengharuskan kamu tak perlu membalasnya

Cinta ku untukmu tumbuh begitu saja. Bukan tumbuh karena seringnya kita bersama atau seringnya kita memberi perhatian. Bukannya aku tak tahu semua deritamu, bukannya aku tak tau kamu sedang melawan maut, bukannya aku tak tahu bahwa kamu ingin diperhatikan, tapi aku hanya ingin mencintaimu dengan cara yang lain. Aku tak ingin memperhatikanmu, karena aku ingin kamu selalu tertawa dengan ledekanku, bukan merasa aku mengasihanimu dengan perhatianku. Sesungguhnya pula aku tak berbakat memberi perhatian. Aku hanya tak ingin membahas semua kesakitanmu, karena aku ingin kamu melupakan rasa sakit itu dengan cara aku tak perlu membicarakan hal itu. Kamu perlu tau satu hal, aku hanya ingin mencintaimu dengan cara yang lain. Walau takdir mengharuskan kamu ingin dicintai dengan cara yang kamu inginkan. Tapi, aku tetap ingin memakai caraku.

Maafkan aku, tapi aku tak bisa berhenti menumbuhkan cinta dengan caraku. Dan tanpa kamu sadari, kamu semakin mengikuti caraku. Setiap ledekanmu, setiap itu pula rasa cintaku tumbuh.

Aku mencintaimu dengan caraku, kuharap kamu akan mengerti cinta bukan karena seringnya kita mengerti kesakitan pasangan kita, tapi karena kita mengerti cara datangnya tawa pasangan kita. Dan itulah caraku. Walau takdir mengharuskan kamu tak ingin mengerti.

--Dari seseorang dengan cara mencintai yang berbeda    

 

Kamis, 09 Agustus 2012

belive, on last hold

tak taukah kau seperih hati yang tak terbalas?
menanti sesuatu  didalam dirimu yang dulu..
yang kini terasa rapuh..

tak taukah kau disini kuselalu cemas?
melihat denting jam yang berputar,
menyaksikan hari berlalu lalang silih berganti..
menikmati setiap kesakitan dalam kerinduan,
yag telah kau tanam pada rumpun..
namun, aku tak mengerti mengapa hati ini terpaku..
tak berubah, selalu tertuju padamu!

aku tak pernah jenuh menunggumu ..
menunggu kembali hangat peluk tubuhmu,
dan setiap hembusan nafas yang tenangkan jiwa..
namun mengapa kau tetap mengaggapku lalu?
seperti benang sari,
untuk celah luapan emosimu..

kasih..
terkadang, lelah menyuruhku menyerah..
memintaku berhenti menyayangimu..
dan memintaku menjadi lebah,
yang bertengger dimahkota lain..

tapi.....
bagaimana mungkin ak sanggup?
sementara bayangmu selalu menggerogoti setiap nafasku,
seperti bayangmu yang melekat diurat nadiku..
bagaimana pula aku bisa membakar habis semua kerinduan,
yang telah sekian lama ingin ku lampiaskan
dalam hangat dekapmu?

kasih..
perih ini adalah perihmu,
detik itu..
namun ak berharap!
lewat hembusan ini, kau hadir mendekapku penuh kerinduan..
menggenggamku penuh kasih.
dan menerimaku penuh keikhlasan ..
tanpa perih yang ku anggap sebagai hukum alam :')

                               



Senin, 30 Juli 2012

Kehampaan

Angin berhembus mesra ..
Menembus kerongkongan yang kian menusuk tanpa batas ..
Meniup dedaunan yang rapuh oleh sang takdir,
Jauh..Tanpa arah..
Seperti mimpu ingin jauh menggapai ..
Menggpai dirimu yang kian memudar,
Tanpa tujuan dan ruang batas ..

Langkah kesetiaan itu ..
Kini terdengar jauh dan samar ..
Seperti gaun tanpa benang perangkai ..
Menembus bilik dan urat nadiku,
Semakin rapuh.. Tanpa jejak yang menghilang ..

Sementara hujan deras
Semakin lengkap menyapu dirimu dan kenangan kita ..
Meninmbulkan peluh seperti hujan detik ini,
Yang kian lari terkejar sang waktu tanpa perdulikan kesedihan ini sedikitpun ..

Namun tak sanggup kupungkiri hujan sore ini ..
Hujan yang mengingatkanku,
Pada dirimu yang selalu ada ..
Mendekapku dalam keheningan penuh kasih ..

Kini,
Aku seperti air
Hanyut oleh derasnya kerinduan ..
Terbunuh oleh bayang kehadiranmu ..
Semakin dalam...Semakin terasa...
Goresan abstrak tanpa arti dalam kerinduan,
Yang kian memupus alunan melodi sore itu ..